KESAWAN BOLA – Rabu, 26 Februari 2025 | 05:15 WIB
Melihat nama belakangnya saja, pria 51 tahun kelahiran Amsterdam ini jelas memiliki profil elite di dunia sepak bola.
Sang ayah, Johan Cruyff, ialah salah satu legenda terbesar dalam sejarah perkembangan sepak bola.
Meski begitu, bayang-bayang maestro asal Negeri Kincir Angin ibarat terlalu pekat bagi putranya.
Jordi memang mengawali karier sepak bola bersama dua klub top, Barcelona dan Man United.
Hanya, perjalanannya tak bisa dibilang mulus sehingga sosoknya kerap dianggap terlupakan.
Pria bernama lengkap Johan Jordi Cruyff direkrut Man United dari Barca pada 1996 atau saat usianya 22 tahun.
Ia masuk gerbong rekrutan musim panas lainnya bersama Ole Gunnar Solskjaer, Ronny Johnsen, Karel Poborsky, dan Raimond van der Gouw.
United menebus Jordi seharga 1,5 juta paun setelah bikin Sir Alex Ferguson kepincut dengan penampilannya waktu melibas Setan Merah 4-0 di Liga Champions.
Skill-nya menggiurkan karena piawai melakoni berbagai peran di sepertiga akhir lapangan.
Namun, permulaan kariernya di Man United langsung dihiasi kisah ironis ‘gara-gara’ tertutupi kebintangan David Beckham.
Pada debutnya di Liga Inggris saat menghadapi Wimbledon, 17 Agustus 1996, Jordi secara tak langsung membuka jalan Beckham menuju ledakan popularitas.
Partai di Selhurst Park tersebut banyak dikenang karena gol spektakuler Beckham yang legendaris itu.
Tembakan Beckham dari setengah lapangan berhasil menyarangkan bola ke gawang kiper Neil Sullivan, yang telanjur maju dari sarangnya.
Ternyata Jordi adalah sosok yang seharusnya mendapatkan lampu sorot sebelum Beckham.
Kala itu Setan Merah sedang unggul 2-0 atas Wimbledon.
Memasuki menit-menit krusial, Jordi lebih dulu memiliki peluang cetak gol dari tembakan sejauh 41 meter depan gawang.
Ia melihat Sullivan keluar dari sarangnya, tetapi apes, tembakan Jordi meleset dari sasaran. Jordi gagal mendapatkan momen spektakuler itu.
Malahan Beckham yang meraihnya beberapa menit kemudian melalui gol bersejarah yang mengubah total kisah perjalanan karier mereka ke arah berlawanan.
Jordi masih bisa tampil trengginas dalam dua laga berikutnya di liga saat dia mencetak gol beruntun ke gawang Everton dan Blackburn.
Sayang, hantaman cedera terjadi di waktu yang salah sehingga membatasi penampilannya.
Jordi tak bisa lagi mencapai standar performa top dan hanya mengemas 22 penampilan plus 3 gol di musim debut bersama Setan Merah.
Selama 4 musim berkarier di Old Trafford, dia menyaksikan United meraih 3 gelar Liga Inggris, tapi hanya satu yang menghasilkan medali dalam riwayat hidupnya, yakni saat juara pada 1996-1997.
Kesialan berikutnya terjadi pada 1998-1999, musim ketika Manchester United meraih treble winners sebagai kampiun Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions.
Jordi sebenarnya punya andil juga dalam ukiran sejarah ini.
Walau cuma mencetak 2 gol dalam 5 penampilan di Premier League, salah satu torehannya berjasa besar menghindarkan United dari kekalahan di Derby County.
Dia pun turut membantu klub dalam kampanye di Liga Champions.
Namun, Jordi dipinjamkan ke Celta Vigo pada pertengahan kompetisi sehingga tidak masuk skuad Setan Merah ketika menuntaskan musim dengan treble winners.
Imbasnya, secara teknis Jordi tidak bisa mencantumkan status sebagai anggota skuad treble Man United 1999 dalam riwayat hidupnya.
“Saya tak mendapatkan medali. Saya tak mengerti kenapa karena saya bermain lebih banyak daripada beberapa orang yang mendapatkan itu. Begitulah kehidupan,” ujarnya beberapa tahun kemudian.
“Saya terlalu sering cedera dalam karier dan itu mengorbankan karier saya di Manchester.”
“Saya tahu bahwa itu akan menjadi tahun kesuksesan United, tapi saya harus pergi pada Januari (1999) demi mendapat menit bermain.”
“Celta menginginkan saya selama empat bulan. Saya bahkan tak punya waktu untuk berpamitan. Saya cuma menulis surat yang ditempel di ruang ganti,” kenangnya.
Musim berikutnya, 1999-2000, Jordi kembali dari masa peminjaman dan Man United berhasil mempertahankan gelar liga.
Akan tetapi, lagi-lagi dia tidak berhak mendapatkan medali karena hanya dapat kesempatan main 8 kali, kurang dua partai dari syarat minimal ketika itu.
Setelah mencatatkan 58 penampilan dengan sumbangsih 8 gol bagi Setan Merah, Jordi membuka petualangan di berbagai klub.
Alaves, Espanyol, sampai Metalurg Donetsk dan Valletta jadi pelabuhannya hingga akhirnya gantung sepatu pada 2010.
Jordi kemudian banting setir ke dunia manajerial dengan berkeliling dunia dalam peran sebagai pelatih, manajer tim, direktur olahraga, hingga penasihat teknis.
Timnas Indonesia pun menjadi destinasi terbaru bagi putra sang maestro Belanda.
HOT PROMO KESAWANBOLA :
– BONUS HARIAN SLOT GAMES 10% (MAX 100)
– BONUS HARIAN SPORTSBOOK 10% (MAX 100)
– BONUS CASHBACK SPORTBOOK 5% ( MIN 100 RIBU )
– BONUS CASHBACK SLOT GAMES 5% ( MIN 100 RIBU )
– BONUS REFFERAL 0.3%
– BONUS EVENT CLAIM SCATTER MAHJONG WAYS
– BONUS EVENT CLAIM PETIR STARLIGHT PRINCESS
– BONUS EVENT CLAIM PETIR GATES OF OLYMPUS
– DEPOSIT VIA PULSA TANPA POTONGAN ( TO X3 )
