Kesawanbola,com – Erik ten Hag pulang ke kampung halamannya di Belanda untuk mendapatkan ketenangan setelah dipecat dari posisinya sebagai manajer MU.
Begitu mendapat kabar bahwa masa 2,5 tahunnya bersama MU berakhir, Ten Hag segera bergegas ke Bandara Manchester, di mana sebuah jet pribadi Cessna Citation sudah menunggunya untuk membawanya kembali ke Belanda.
Beberapa jam setelah pemecatannya, Ten Hag telah menempuh perjalanan sekitar 800 kilometer untuk kembali ke rumahnya yang lain di sebuah kota kecil di Belanda, tempat keluarganya tinggal.
Malam harinya, pelatih berusia 54 tahun itu mendapat dukungan dari kedua orang tuanya, Hennie dan Joke, yang datang mengunjunginya di rumah tiga lantai senilai 1 juta pound dekat pusat kota Oldenzaal.
Diketahui bahwa setelah dipecat pada hari Senin lalu, Ten Hag bahkan tidak kembali ke rumahnya di Inggris, melainkan langsung menuju jet yang sudah siap membawanya ke bandara Schiphol di Amsterdam.
Di sana, sebuah mobil sudah menunggu untuk mengantarnya ke Oldenzaal, ke rumahnya yang memiliki lima kamar tidur.
Ten Hag tidak menunggu istri dan ketiga anaknya, yang dipahami tetap tinggal di rumah mereka di Cheshire. Sang istri, Bianca, akan menyelesaikan beberapa urusan administratif di Inggris sebelum bergabung dengannya di Belanda.
Kota yang menjadi pelariannya, Oldenzaal, berpenduduk sekitar 31 ribu orang dan terletak dekat perbatasan Belanda-Jerman.
Menurut teman dan tetangga, inilah tempat di mana Ten Hag tumbuh besar dan merasa paling nyaman. Bersama istrinya, Bianca, mereka sering kembali ke kota yang tenang ini untuk menghindari tekanan menjalani karier di satu di antara klub terbesar Premier League.
Di Oldenzaal, meski Ten Hag dikenal berkat kesuksesannya melatih klub besar Belanda, Ajax, dan penghasilannya sebesar 7,8 juta pound per tahun di MU, dia masih bisa menikmati ketenangan dan privasi.
“Tak mengherankan Hennie dan Joke mengunjunginya. Mereka keluarga yang dekat, dan orang tuanya sangat bangga serta selalu mendukungnya. Faktanya, seluruh warga di Oldenzaal sangat menghormati keluarga ten Hag. Di sini, dia bisa bersantai dan merasakan privasi, yang tentu saja sangat berbeda dari yang dia alami di Manchester,” tutur seorang tetangganya.
Simpati dari Tetangga dan Warga Lokal
Saat masih melatih Ajax, Ten Hag dan Bianca sering pulang ke kota kecil ini untuk menghindari tekanan kehidupan di Amsterdam.
Rumah mereka dekat dengan pusat kota yang modern, dan suasana kota yang berjalan lambat serta berpusat pada sepeda dan kawasan pejalan kaki menjadi pelarian sempurna dari tuntutan pekerjaan.
“Sebagian besar orang mengenal Erik sebagai manajer Ajax, dan berita kepindahannya ke Manchester United cukup besar,” ujar seorang pemilik toko setempat.
“Pemecatannya bukan hal yang mengejutkan mengingat hasil pertandingan yang buruk, tapi di sini orang-orang sangat bersimpati padanya. Meski timnya tidak bermain baik, dia selalu diterima dengan hangat di sini.”
“Dia menyukai kota ini karena tidak ada yang mengganggunya. Banyak yang mengikuti kiprahnya di Manchester United karena klub itu sangat besar, dan kami mendengar banyak tentang apa yang terjadi di sana. Tentu saja, selama tinggal di Inggris, dia tidak bisa sering-sering pulang, tapi saat dia ada di sini, dia bisa santai tanpa diganggu,” seorang penduduk lain menambahkan.